Siap aku pergi,
Dan keinginanku berlayar siap menunggu angin
Hanya tinggal satu nafas lagi yang akan kuhembuskan di udara
Ini, hanya sebuah tengokan sayang kebelakang.
Dan lalu aku akan berdiri diantara kalian,
Pengembara lautan diantara pengembara lautan.
Dan kau lautan yang luas tertidur
Yang sendirian dalam damai
Dan kebebasan dari sungai dan arus
Hanya sebuah tiupan angin lagi
Yang dibuat oleh arus ini, sebuah gumaman oleh rimba
Dan aku akan datang padamu,
tetesan tanpa ikatan dari samudera yang tanpa ikatan
Dan saat ia berjalan, ia melihat para pria dan wanita di kejauhan
Sedang meninggalkan kebun mereka untuk berjalan menuju gerbang kota
Dan ia mendengar suara-suara mereka memanggil namanya
Dan berteriak dari ladang ke ladang saling memberitahukan kedatangan kapalnya
Dan ia berkata pada dirinya sendiri.
Apakah hari perpisahan akan menjadi hari perkumpulan?
Dan apakah harus dikatakan bahwa malamku adalah kebenaran dalam senjaku?
Dan apa yang seharusnya kuberikan padanya yang meninggalkan bajaknya di tengah ladang atau yang menghentikan rodanya dari memeras anggur?
Haruskah hatiku menjadi sebuah pohon penuh buah yang kukumpulkan dan kuberikan pada mereka?
(Source: Sang Nabi, Syair-syair Cinta)
Dalam Keheningan Malamku kau mengunjungi
Yang tercinta dan menikmati kemanisan kehadirannya.
Tubuh ini tetap korban pahit dari harapan dan perpisahan.
Ini, jiwaku, adalah penyiksaan.
Ampunilah aku, jiwaku!
(Souce : Ampunilah Aku Jiwaku, Syair-syair Cinta)
Pesisir yang kuat adalah cintaku,
Dan aku adalah kekasihnya,
Kami akhirnya bersatu dalam cinta, dan
Lalu bulan mengambilku darinya.
Aku pergi ke bulan dengan enggan, dan
Sedikit perpisahan.
(Source : Nyanyian Ombak, Syair-syair Cinta)
Karena itu, anakku,
Manusia tidak dapat memperoleh cinta
Sampai setelah sedih dan merasakan perpisahan
Dan kesabaran pahit, dan kesulitan yang membuat putus asa.
Tidurlah, anak kecilku,
Mimpi indah akan menemukan jiwamu
Yang tidak takut pada gelap malam yang mengerikan.
(Source: Janda dan Puteranya, Syair-syair Cinta)
Saat fajar aku bersatu dengan angin
Untuk mengumumkan datangnya cahaya,
Saat tengah hari aku bergabung dengan burung
Untuk memperoleh cahaya perpisahan.
(Source: Nyanyian Bunga, Syair-syair Cinta)
Akhirnya selesai sudah saya menuliskan
puisi perpisahan Kahlil Gibran paling bijak ini, semoga dengan adanya
puisi perpisahan ini kita semua dapat mengartikan sebuah perpisahan yang berharga dan bermakna tanpa adanya penyesalan dan kepedihan di dalamnya. Untuk segala perhatiannya saya ucapkan terima kasih telah berkunjung dan membaca puisi perpisahan Kahlil Gibran ini. Salam satu bahasa :-)