Kumpulan Peribahasa Indonesia Berawalan Huruf B
Badai pasti berlalu
(Segala penderitaan pasti akan ada akhirnya)
Badak makan anaknya
(Membuat aib terhadap keluarga sendiri)
Bagai air dengan minyak
(Dua hal yang tidak bisa dipersatukan)
Bagai air di daun talas
(Orang yang tidak mempunyai pendirian)
Bagai air titik ke batu
(Sukar sekali memberi nasehat terhadap orang jahat)
Bagai alu pencungkil duri
(Melakukan sesuatu yang tidak mungkin berhasil)
Bagai anak ayam kehilangan induk
(Bercerai berai karena kehilangan tumpuan/pemimpin)
Bagai aur di atas bukit
(Sukar untuk disembunyikan)
Bagai aur dengan tebing
(Saling tolong menolong)
Bagai api dengan rabuk
(Berbahaya sekali bisa diperdekatkan)
Bagai api dengan asap
(Tidak dapat bercerai lagi)
Bagai anjing melintang denai
(Sangat gembira)
Bagai anjing berebut tulang
(Orang yang tamak)
Bagai anjing beranak enam
(Orang yang sangat kurus sekali)
Bagai anak sepat ke tohor
(Bermalas-malasan di tempat orang lain)
Bagai ayam bertelur di padi
(Seseorang yang mencintai hidup mewah)
Bagai ayam di bawa ke lampuk
(Seseorang yang terheran-heran)
Bagai ayam lepas bertaji
(Serba berbahaya)
Bagai babi merasa gulai
(Tidak setara)
Bagai bara dalam sekam
(Perbuatan jahat yang tidak tampak)
Bagai berpayung dengan daun pisang
(Berlindung pada tempat yang memadai)
Bagai bertanak di kuali
(Biaya yang terlalu besar sedangkan hasilnya sedikit)
Bagai bulan kesiangan
(Paras muka yang pucat karena sakit)
Bagai denai gajah lalu
(Kerusakan yang besar)
Bagai dawat dengan kertas
(Tidak dapat dipisahkan)
Bagai daun pembungkus nasi, nasih habis daun dibuang
(Hanya digunakan sementara saja dan dicampakkan setelah tidak diperlukan lagi)
Bagai cepu dengan tudungnya
(Mendapatkan teman yang setujuan)
Bagai cendawan tumbuh
(Banyak sekali yang tumbuh dalam sekali waktu)
Bagai cendawan di basuh
(Orang yang mukanya pucat karena malu)
Bagai bunyi cempedak jatuh
(Suara yang nyaring sekali)
Bagai bumi dan langit
(Dua hal yang mempunyai perbedaan yang sangat jauh)
Bagai dekan di bawah pangkal buluh
(Orang yang dapat menyimpan rahasia dengan baik)
Bagai diayak dibawa ke dulang
(Kebiasaan diri sendiri disangka kebiasaan orang lain)
Bagai dientak alu luncung
(Dikalahkan oleh orang lemah)
Bagai di iris dengan sembilu
(Suasana hati yang sangat pedih)
Bagai dulang dengan tudung saji
(Pasangan yang serasi)
Bagai duri di dalam daging
(Sesuatu yang menyakitkan hati)
Bagai enau dalam belukar, melepaskan pucuk masing-masing
(Saling bersikeras mempertahankan pendapat)
Bagai getah di bawa ke semak
(Perkara yang semakin kusut)
Bagai hujan jatuh ke pasir
(Tidak ada gunanya berbuat baik kepada orang jahat)
Bagai ilak bercerai dengan benang
(Bercerai untuk selama-lamanya)
Bagai inal dengan kuku
(Tidak pernah berpisah)
Bagai jampuk kesiangan
(Bingung, tidak tahu apa yang akan dilakukan)
Bagai kacang lupa akan kulitnya
(Seseorang yang lupa asal usulnya)
Bagai kambing dalam biduk
(Sangat ketakutan dan tidak mampu menyelamatkan diri)
Bagai kambing di hela ke air
(Orang yang tidak mau di suruh pekerjaan yang disuruhnya)
Bagai kerbau dicocok hidung
(Selalu menuruti kemauan orang lain)
Bagai keluang bebar pulang
(Berduyun-duyun)
Bagai katak dalam tempurung
(Orang yang wawasannya tidak luas, karena tidak tahu keadaan di luar)
Bagai kapak masuk meminang
(Mendapatkan kesulitan dalam melakukan pekerjaan)
bagai kambing harga dua kupang
(Anak remaja yang merasa sudah besar)
Bagai kucing dengan panggang
(Berbahaya jika diperdekatkan)
Bagai kucing dibawakan lidi
(Sangat Takut)
Bagai kucing kehilangan anak
(Kehabisan akal untuk menyelesaikan sesuatu)
Bagai kucing lepas senja
(Orang besar yang sudah tidak ditakuti lagi)
Bagai kucing tidur di bantal
(Sangat sejahtera)
Bagai kuku dengan daging
(Selalu bersama-sama)
Bagai mendapat gunung intan
(Sangat girang)
Bagai mendapat durian runtuh
(Mendapatkan sesuatu tanpa disangka-sangka)
Bagai menampung air dengan limas pesuk
(Gaya hidup sangat boros)
Bagai menakik darah, mati dari alu
(Bekerja keras namun hanya mendapat sedikit keuntungan)
Bagai meminum air bercacing
(Seseorang yang enggan diajak mengerjakan sesuatu)
Bagai membandarkan air ke bukit
(Mengerjakan sesuatu yang sulit dikerjakan)
Bagai melepaskan anjing terjepit
(Tidak tahu berterima kasih)
Bagai makan buah simalakama
(Keadaan yang serba sulit dan membahayakan)
Bagai mentimun dengan durian
(Orang lemah yang takut melawan orang kuat)
Bagai musang berbulu ayam
(Orang jahat yang berpura-pura baik)
Bagai musuh dalam selimut
(Musuh dalam kalangan sendiri)
Bagai orang berjudi, kalah hendak balas, menang hendak lagi
(Tidak dapat berhenti)
Bagai pucuk pisang di diang
(Lemah karena sakit)
Bagai pintu yang tak berpasak, perahu tak berkemudi
(Sesuatu yang menimbulkan bahaya kelak dikemudian hari)
Bagai pelita yang kehabisan minyak
(Sesuatu yang hampir mati)
Bagai pagar makan tanaman
(Yang disuruh menjaga justru merusak yang menjaga)
Bagai orang kena miang
(Sangat gelisah karena malu dihadapan orang banyak)
Bagai punguk merindukan bulan
(Seseorang yang mencintai kekasihnya tetapi cintanya tidak terbalas)
Bagai roda berputar
(Orang kaya jadi miskin, orang miskin jadi kaya)
Bagai tanduk diberkas
(Sukar bersatu karena berbeda pemahaman)
Bagai telur di ujung tanduk
(Keadaan yang sangat kritis dan membahayakan)
Bagaimana bunyi gendang, begitulah tepuk tarinya
(Menurut apa yang diperintahkan)
Baji batang pembelah batang
(Orang kepercayaan yang kerap merugikan)
Bajak lalu di tanah yang lembut
(Orang lemah yang menjadi korban kecurangan)
Bajak biasa terdorong, perkataan biasa terlanjur
(Memohon maaf atas kata-kata yang telah diucapkan)
Bahasa menunjukan bangsa
(Tabiat seseorang dapat dilihat dari cara bertutur kata)
Bak ajung berat sebelah
(Keputusan yang tidak adil)
Bak anai-anai bubus
(Berkerumun dalam jumlah banyak sekali)
Bakar air ambil abunya
(Pekerjaan yang tidak akan berhasil)
Bak bujang jolong berkeris
(Laki-laki yang sangat sombong)
Barang siapa menggali lubang, ia akan terperosok kedalamnya
(Orang jahat yang bermaksud mencelakakan orang lain, ia sendiri akan mendapat kesusahan)
Barang tergenggam, jatuh terlepas
(Bernasib sial)
Belah dada lihatlah hati
(Bermaksud untuk mengatakan yang sebenarnya)
Berlum bertaji hendak berkokok
(Seseorang yang belum cukup ilmu pengetahuannya)
Belum beranak sudah ditimang
(Sudah bersenang-senang dahulu sebelum mencapai tujuan)
Beranak kandung, beranak tiri
(Perbuatan yang tidak adil)
Berakal ke lutut, berontak ke empu kaki
(Bertindak semaunya sendiri tanpa menghiraukan orang lain)
Benih yang baik tak memilih tanah
(Orang pintar dan berbakat pasti akan maju)
Belum tahu akan pedas lada
(Anak muda yang belum mengenal pahit getirnya kehidupan)
Beranak menurut kata bidan
(Orang harus mendengar nasihat dari orang yang lebih tahu)
Beranak tak berbidan
(Orang yang melakukan perbuatan bodoh)
Berapa berat mata memandang, berat jugalah bahu yang memikul
(Seberapa berat orang melihat penderitaan orang lain, lebih berat yang menjalani penderitaan tersebut)
Berat kaki berat tangan
(Orang yang malas untuk bekerja)
Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing
(Senang dan susah dialami bersama)
Bercerai tidak bertalak, bernikah tidak berkadi
(Pertalian suami istri yang tidak sah)
Berkelahi dalam mimpi
(Mempertengkarkan masalah yang tidak penting)
Bersembunyi di balik daun sehelai
(Tidak sempurna dalam merahasiakan sesuatu)
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh
(Sesuatu akan berhasil apabila dikerjakan secara bersama-sama)
Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian
(Perbuatan yang terasa berat, namun dapat menghasilkan sesuatu yang baik di kemudian hari)
Berniaga diujung lidah
(Orang pandai tetapi tidak jujur)
Besar pasak dari pada tiang
(Lebih besar pengeluaran daripada penghasilan)
Biar lambat asal selamat
(Mengutamakan keselamatan dalam mencapai tujuan)
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya
(Sifat anak tak jauh dari orang tuanya)
Buruk muka cermin dibelah
(Tidak mau mengakui kesalahan/kelemahan sendiri)